Surat Terbuka untuk Luna Maya

Beberapa hari ini, Luna Maya mengguncang Twitter. Tak perlu saya ceritakan lagi di sini, bagaimana kalimatnya yang kasar itu mencederai perasaan para wartawan, khususnya infotainment. Sebagai sesama jurnalis, saya juga merasa tersinggung. Benarkan profesi kami lebih hina dari pelacur, pembunuh? Bahagiakan ia jika jiwa kami terpanggang dalam api neraka?
Oh Luna Maya, tweat anda dalam twitter sangat menjengkelkan. It's SUCK! Jangan lupa, kamilah para wartawan yang ikut andil membesarkan nama anda di jagat hiburan tanah air. Berapa yang anda bayarkan untuk kami, yang turut membesarkan nama anda? Nol rupiah kan? Kami menulis, men-shoot, cerita, gosip atau tampilan anda di berbagai versi media karena masyarakat sedang mencintai anda. Tapi, pantaskah anda mencaci maki seperti itu?

Come on, jangan arogan atau besar kepala. Jika anda merasa kesal kepada satu, dua pihak jurnalis di lapangan, anda bisa mengkritik mereka dengan keras. Menyemprot kami dengan kata-kata: brengsek lo, menyebalkan lo atau yang sejenisnya, mungkin bisa dimaklumi, karena memang ada juga para jurnalis yang menyebalkan, brengsek. Tapi, jangan anggap kami lebih hina dari pelacur atau pembunuh. Jangan juga kami disemprot mantra sakti anda: May ur Souls Burn in the Hell!!!
Wah, itu tajam, menusuk perasaan. Bagaimana jika anda disemprot: U like a Bitch! Itu juga akan menyakitkan perasaan anda kan? Jadi, jadilah perempuan yang beretika dalam bertindak dan berucap. Seharusnya anda lebih lembut dari wajah anda yang lembut.